Kisah ini terjadi pada diri Rasulallah dan para sahabatnya. Saat itu malam hari raya seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.

Saat sedang bertakbir, tiba- tiba Rasulullah keluar dari kelompok dan menepih kearah dinding. Kemudian Rasullah mengangkat kedua tangannya ( layaknya orang berdoa ) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.

Setelah Rasul mengusapkan kedua tangan diwajahnya ...

JIBRIL BERDOA MUHAMMAD MENGAMINKAN

Kisah ini terjadi pada diri Rasulallah dan para sahabatnya. Saat itu malam hari raya seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.

Saat sedang bertakbir, tiba- tiba Rasulullah keluar dari kelompok dan menepih kearah dinding. Kemudian Rasullah mengangkat kedua tangannya ( layaknya orang berdoa ) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.

Setelah Rasul mengusapkan kedua tangan diwajahnya ( layaknya orang selesai berdoa ) para sahabat mendekati dan bertanya : Ya Rasul apa yang terjadi sehingga engkau mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan amin sampai tiga kali ?

Jawab Rasul : Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya.?

Apa gerangan doa yang dibacakan Jibril itu ya Rasul ? tanya sahabat.

Kemudian Rasul menjawab : Kalau kalian ingin tahu inilah doa yangdisampaikan Jibril dan saya mengaminkan? :

1. Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum dimaafkan?. Rasul mengatakan Amien
2. Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling memaafkan.? Rasul mengatakan amien
3. Ya Allah ya Tuhan kami janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling Memaafkan.? Rasul mengatakan amien

Demikianlah doa yang dibaca Jibril sehingga Rasul mengaminkan sampai tiga kali. Namun disini ada 4 Faktor yang membuat doa tersebut pasti dikabulkan Allah yaitu:
1. Yang berdoa Jibril Mahluk yang sejak diciptakan tidak pernah membantah dan berbuat dosa kepada Allah
2. Yang mengaminkan doa tersebut Muhammad manusia Maksum yang telah diampuni semua dosanya
3. Tempat berdoa adalah Masjidilharam tempat yang mendapat berkah dari Allah
4. Waktu berdoa adalah malam aidil fitri iaitu satu diantara sepuluh malam jika kita berdoa langsung di ijabah oleh Allah.

Jadi jika kita ingin Amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah maka hindarilah tiga yang diatas. Karena selama tiga persoalan diatas belum diselesaikan maka amal ibadah kita selama bulan ramadhan masih dipending oleh Allah sampai kita menyelesaikannya.

Barakallahu walakum wassalamu alaikum wr.wb.



Baca Selanjutnya...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Amal Yang Membuka Pintu Syurga

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun."

Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah...




Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun."

Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala."

"Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?".

Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.

Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."

Baca Selanjutnya...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sayidatina Fatimah: Penghulu Wanita Syurga

Dia membesar dalam suasana kesusahan. Bondanya pergi ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu, dialah yang mengambil alih tugas menguruskan rumahtangga seperti memasak, mencuci, mengemas rumah dan menguruskan keperluan ayahandanya.

Di sebalik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang Sayidatina Fatimah daripada bermunajata dan beribadah kepada Allah SWT. Malam- malam yang dilalui, diisi dengan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sembahyang, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain.Setiap hari, suara halusnya mengalunkan irama Al Quran.

Di waktu umurnya mencapai 18 tahun,


Dia membesar dalam suasana kesusahan. Bondanya pergi ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu, dialah yang mengambil alih tugas menguruskan rumahtangga seperti memasak, mencuci, mengemas rumah dan menguruskan keperluan ayahandanya.

Di sebalik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang Sayidatina Fatimah daripada bermunajata dan beribadah kepada Allah SWT. Malam- malam yang dilalui, diisi dengan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sembahyang, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain.Setiap hari, suara halusnya mengalunkan irama Al Quran.

Di waktu umurnya mencapai 18 tahun, dia dikahwinkan dengan pemuda yang sangat miskin hidupnya. Bahkan oleh kemiskinan itu, untuk membayar mas kahwin pun suaminya tidak mampu lalu dibantu oleh Rasulullah SAW.

Setelah berkahwin kehidupannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana, gigih dan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Digelar Singa Allah, suaminya Sayidina Ali merupakan orang kepercayaan Rasulullah SAW yang diamanahkan untuk berada di barisan hadapan dalam bala tentera Islam. Lalu, seringlah Sayidatina Fatimah ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang untuk berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap redha dengan suaminya. Isteri mana yang tidak mengharapkan belaian mesra daripada seorang suami. Namun bagi Sayidatina Fatimah r.ha, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah SWT untuk mencari kasih-Nya, melalui ibadah-ibadah yang dibangunkan.

Sepanjang pemergian Sayidina Ali itu, hanya anak-anak yang masih kecil menjadi temannya. Nafkah
untuk dirinya dan anak-anaknya Hassan, Hussin, Muhsin, Zainab dan Umi Kalsum diusahakan sendiri. Untuk mendapatkan air, berjalanlah dia sejauh hampir dua batu dan mencedoknya dari perigi yang 40 hasta dalamnya, di tengah bahang mentari padang pasir yang terik. Kadangkala dia berlapar sepanjang hari. Sering pula dia berpuasa dan tubuhnya sangat kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.

Pernah suatu hari, sedang dia tekun bekerja di sisi batu pengisar gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Sayidatina Fatimah yang amat keletihan ketikaitu lalu meceritakan keperitan hidupnya itu kepada Rasulullah SAW. Betapa dirinya teruk bekerja, mengisar
tepung, mengangkat air, memasak serta melayan anak-anak. Dia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Sayidina Ali, kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang
pembantu rumah. Rasulullah saw merasa belas terhadap penanggungan anakandanya itu. Namun baginda amat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia untuk membeli kesenangan di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian
di dunia demi mengharapkan keredhaan-Nya, mereka inilah yang mendapat tempat di sisi-Nya. Lalu dipujuknya Fatimah r.ha sambil memberikan harapan dengan janji-janji Allah. Baginda mengajarkan zikir, tahmid dan takbir yang apabila diamalkan, segala penanggungan dan bebanan hidup akan terasa ringan.

Ketaatannya kepada Sayidina Ali menyebabkan Allah SWTmengangkat darjatnya. Sayidatina Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka. Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusah-nyusahkan suaminya.

Dalam pada itu, kemiskinan tidak menghilang Sayidatina Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. Memang cocok sekali pasangan Sayidina Ali ini kerana Sayidina Ali sendiri lantaran kemurahan hatinya sehingga digelar sebagai 'Bapa kepada janda dan anak yatim' di Madinah.

Namun, pernah suatu hari, Sayidina Fatimah telah menyebabkan Sayidina Ali tersentuh hati dengan
kata-katanya. Menyedari kesilapannya, Sayidatina Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali.
Apabila dilihatnya air muka suaminya tidak juga berubah, lalu dengan berlari-lari anak dia mengelilingi Sayidina Ali. Tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu memohon dimaafkan. Melihatkan aksi Sayidatina Fatimah itu, tersenyumlah Sayidina Ali lantas memaafkan isterinya itu.

"Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedang Ali tidak memaafkanmu, nescaya aku tidak akan menyembahyangkan jenazahmu," Rasulullah SAW memberi amaran kepada puterinya itu apabila perkara itu sampai ke pengetahuan baginda.

Begitu sekali kedudukan seorang suami yang ditetapkan Allah SWT sebagai pemimpin bagi seorang isteri. Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati dan sangat berhalus di saat berdepan dengan suami. Apa yang dilakukan Sayidina Fatimah itu bukanlah disengajakan. Apatah lagi, bukan juga dia merungut-rungut, marah-marah, meninggi suara, bermasam muka, merajuk atau lain-lain karenah yang menyusahkan Sayidina Ali k.w. Pun Rasulullah SAW berkata begitu terhadapnya.

Semasa perang Uhud, Sayidatina Fatimah telah turut sama merawat luka Rasulullah. Dia juga turut bersama Rasulullah semasa peristiwa penawanan Kota Makkah dan ketika ayahandanya mengerjakan 'Haji Wida' pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Rasulullah SAW telah jatuh sakit. Sayidatina Fatimah tetap di sisi ayahandanya. Ketika itu Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah r.ha yang membuatkannya menangis, kemudian Nabi SAW membisikkan sesuatu lagi yang membuatkannya tersenyum.

Dia menangis kerana ayahandanya telah membisikkan kepadanya berita kematian baginda. Namun, sewaktu ayahandanya menyatakan bahawa dialah orang pertama yang akan berkumpul dengan baginda di alam baqa', gembiralah hatinya. Sayidatina Fatimah meninggal dunia enam bulan
setelah kewafatan Nabi SAW, dalam usia 28 tahun dan dimakamkan di Perkuburan Baqi', Madinah.

Begitu sekali wanita yang utama, agung dan namanya harum tercatat dalam al-Quran, disusah-susahkan hidupnya oleh Allah SWT. Sengaja dibuat begitu oleh Allah kerana Dia tahu bahawa dengan kesusahan itu, hamba-Nya akan lebih hampir kepada-Nya. Begitulah juga dengan kehidupan wanita-wanita agung yang lain. Mereka tidak sempat berlaku sombong serta membangga diri atau
bersenang-senang. Sebaliknya, dengan kesusahan-kesusahan itulah mereka dididik oleh Allah
untuk sentiasa merasa sabar, redha, takut dengan dosa, tawadhuk (merendah diri), tawakkal dan lain-lain. Ujian-ujian itulah yang sangat mendidik mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT. Justeru, wanita yang berjaya di dunia dan di akhirat adalah wanita yang hatinya dekat dengan Allah, merasa terhibur dalam melakukan ketaatan terhadap-Nya, dan amat bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya, biarpun diri mereka menderita.





Baca Selanjutnya...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS